Pages

Sabtu, 28 Desember 2013



Laporan Praktikum Percobaan 5


IDENTIFIKASI SENYAWA ALKOHOL & FENOL

TUJUAN
1.      Mempelajari sifat-sifat kimia alkohol dan fenol
2.      Mempelajari tes untuk membedakan alkohol alifatik dan aromatik

DASAR TEORI
         Alkohol atau alkanol adalah turunan hidrokarbon, umumnya alkana, dimana 1 atau lebih atom H-nya diganti dengan gugus hidroksil (-OH) atau gugus alcohol.
Alkohol terbagi atas 3 macam, yaitu :
1. Alkohol primer, jika gugus OH terikat pada atom C primer (atom C yang mengikat 1 atom C yang lain).
2. Alkohol sekunder, jika gugus OH terikat pada atom C sekunder (atom C yang mengikat 2 atom C).
3. Alkohol tersier, jika gugus OH terikat pada atom C tersier yang mengikat 3 atom C lainnya).
Fenol adalah senyawa yang memiliki sebuah gugus hidroksil yang terikat langsung pada cincin benzena. Meskipun memiliki persamaan dengan alkohol, namun secara kimiawi fenol berbeda dengan alkohol.
Pada percobaan ini kita akan mencoba mengidentifikasi senyawa alkohol dan fenol berdasarkan sifat fisikanya, mempelajari beberapa reaksinya dan membedakan antara alkohol primer, sekunder dan tersier.
SIFAT FISIKA DARI ALKOHOL DAN FENOL
         Pengujian sifat fisika dari alcohol dengan menguji kelarutannya dalam air dan n-heksan, yaitu dengan penambahan sejumlah kecil methanol. Kemudian pengujian kadar pH dengan menggunakan indikator universal, yaitu dengan mencampurkan golongan alkohol dengan air kemudian dicek kadar pHnya.
SIFAT KIMIA DARI ALKOHOL DAN FENOL
         Metode tes Lucas, dimana sampel uji ditambahkan dengan reagen Lucas, kemudian diamati hasil pengocokan larutan yang telah dicampur tersebut. Metode tes kromat dimana sampel uji ditambahkan dengan sejumlah kecil aseton dan as.kromat kemudian diamati perubahan warna yang terjadi. Metode tes Iodoform, dimana sampel  uji ditambahkan dengan sejumlah kecil NaOH kemudian diamati endapan yang terbentuk. Metode tes Feri Klorida dimana sampel uji ditambahkan dengan sejumlah  kecil Feri Klorida kemudian dicatat  pembentukan warna yang terjadi. Metode reaksi dengan Na2CO3 dan NaHCO3 dimana zat uji ditambahkan dengan Na2CO3 dan NaHCO3, kemudian dilihat hasil reaksi yang terbentuk.

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN
1.  Etanol
2.  Isopropanol
3.  Fenol
4.  1-Propanol
5.  Asam salisilat
6.  H2SO4 pekat
7.  K2Cr2O7 2%
8.  FeCl3 2,5%
9.  l2 dalam KI
10. Tabung reaksi
11.  Batang pengaduk
12.  Pipet tetes
13.  Kaca arloji
14.  Gelas piala
15.  Gelas ukur

PROSEDUR KERJA
1.      Oksidasi dengan K2Cr2O7
Masukkkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda 2 ml K2Cr2O7 2% dan tambahkan 5 tetes H2SO4 pekat. Goyangkan tabung reaksi tersebut. Kemudian tambahkan ke dalam tabung reaksi pertama 1 ml etanol, dan ke dalam tabung reaksi kedua 1 ml isopropanol. Reaksi positif  ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari jingga ke hijau.


2.      Tes iodoform
Masukkan ke dalam tabung reaksi yang berbeda 10 tetes etanol, isopropanol, dan 1-prppanol.  Tambahkan ke dalam setiap tabung reaksi 25 tetes NaOH 6M. Campuran dipanaskan pada suhu 60 derajat celcius dalam penangas air, dan teteskan larutan iodine (sekitar 30 tetes) sambil dikocok hingga terbentuk warna coklat yang tetap.  Tambahkan NaOH 6M hingga larutan tidak berwarna. Panaskan kembali selama 5 menit. Dinginkan tabung reaksi dan amati apakah terbentuk endapan berwarna kuning.
3.      Kelarutan fenol
Dengan menggunakan spatula, ambil 3 butir kristal fenol berukuran hampir sama, dan masing-masing dimasukkan dalam 2 buah tabung reaksi. Tambahkan 5 ml aquades dalam tabung pertama dan 5 ml NaOH 2M dalam tabung kedua. Goyangkan kedua tabung dan bandingkan kecepatan kristal fenol larut dalam kedua pelarut tersebut.
4.      Keasaman fenol
Bandingkan keasaman larutan fenol dan larutan etanol dengan menggunakan kertas indikator.Catat pH hasil pengamatan.
5.      Tes FeCl3
Masukkan ke dalam 3 tabung reaksi yang berbeda, 40 tetes etanol, larutan fenol, dan larutan asam salisilat. Tambahkan 5 tetes larutan FeCl3 ke dalam masing-masing tabung reaksi. Reaksi positif ditandai dengan terjadinya perubahan warna dari kuning terang menjadi hijau hingga ungu.

DATA HASIL PENGAMATAN
Oksidasi alkohol
K2Cr2O7  + H2SO4 + isopropil alkohol : warna berubah menjadi hijau, baunya lebih menyengat bila dibandingkan dengan isopropil alkohol murni.
K2Cr2O7  + H2SO4 + etanol : warnanya berubah menjadi hijau.
Tes iodoform
Tidak terbentuk endapan, warna larutan keruh, terbentuk menjadi 2 lapisan.
Kelarutan fenol
3 butir fenol + 5 ml aquades : cepat larut, warna larutan terlihat keruh saat dimasukkan aquades
3 butir fenol + 5 ml NaOH : larut agak lama, terdapat 2 fase.
Keasaman fenol
pH fenol : 5,5
pH etanol : 7,6
Tes FeCl3
2 ml etanol : warna tetap kuning
2 ml fenol :  warna berubah menjadi orange
2 ml asam salisilat : warna berubah menjadi ungu pekat

PEMBAHASAN
Pada identifikasi alkohol dan  fenol ini, mula-mula dilakukan uji oksidasi alkohol menggunakan K2Cr2O7. Tes ini dapat digunakan untuk membedakan alkohol primer, sekunder, dan tersier. Namun pada percobaan ini, bukan hanya parameter warna yang diamati, tetapi juga parameter baunya.  Alkohol primer dan sekunder akan bereaksi dan membentuk larutan berwarna hijau, sementara alkohol tersier tidak bereaksi. Dari hasil pengamatan yang menunjukkan hasil berwarna hijau yaitu etanol dan isopropil alkohol.
            Pengujian dilanjutkan dengan menggunakan reagen Iodoform, uji iodoform merupakan reaksi antara etanol absolut atau sampel alkohol yang lain dengan iodin yang akan membentuk larutan berwarna coklat. Hal ini disebabkan karena alkohol bereaksi dengan hidrogen halida menghasilkan alkil halida. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa tidak ada larutan yang berwarna coklat, berarti pada setiap sampel alkohol tidak mengandung iodoform.
         Selanjutnya adalah pengujian kelarutan fenol. Pengujian dilakukan dengan menambahkan aquades pada tabung reaksi pertama dan NaOH pada tabung reaksi yang kedua. Berdasarkan hasil percobaan, ternyata yang lebih cepat larut adalah fenol pada tabung pertama yang ditambahkan aquades. Fenol dapat larut dengan aquades karena kemampuannya dalam membentuk ikatan hidrogen dengan molekul air. Fenol bereaksi dengan larutan sodium hidroksida atau NaOH menghasilkan larutan tidak berwarna yang mengandung sodium fenoksida. Dalam reaksi ini, ion hidrogen digantikan oleh natrium sehingga dihasilkan sodium fenoksida dan air. Kemudian dilakukan tes keasaman fenol. Hasil percobaan menunjukkan fenol lebih bersifat asam daripada etanol dengan pH sebesar 5,5.  Fenol memiliki sifat asam karena cenderung melepaskan ion H+ dari gugus hirdoksilnya.
Pengujian terakhir adalah dengan menggunakan FeCl3, reagen ini adalah cara paling sederhana yang dapat digunakan untuk membedakan antara alkohol dan fenol. Alkohol tidak akan bereaksi dengan reagen ini, dan hasil praktikum menunjukkan bahwa etanol, tidak bereaksi dengan reagen ini, maka kemungkinan etanol  merupakan alkohol. Sedangkan untuk fenol dan asam salisilat, masing-masing larutan berubah menjadi warna orange dan ungu. Maka kedua senyawa tersebut merupakan fenol.

KESIMPULAN
1.      Sifat kimia alkohol dan fenol dapat dipelajari.
2.      Alkohol alifatik dan aromatik dapat dibedakan.

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.


Laporan Praktikum Percobaan 9

SINTESIS ASPIRIN

Tujuan : Membuat asam asetil salisilat dari asam salisilat dan anhidrida asam asetat melalui reaksi asetilasi (sejenis reaksi esterifikasi)
Prinsip Kerja : Berdasarkan reaksi esterifikasi, asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi
Dasar  Teori                   
Aspirin adalah zat sintetik pertama di dunia dan istilah lainnya adalah Asam Salisilat (ASA). Obat ini sering digunakan sebagai analgesik untuk menghilangkan atau meringankan rasa nyeri, sebagai antipiretik untuk mengurangi demam, serta sebagai anti-inflamasi untuk mengurangi peradangan.
Aspirin dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat menggunakan katalis H2SO4 pekat sebagai zat penghidrasi. Asam salisilat adalah asam bifungsional yang mengandung dua gugus –OH dan –COOH. Karenanya asam salisilat ini dapat mengalami dua jenis reaksi yang berbeda. Dengan anhidrida asam asetat akan menghasilkan aspirin, sedangkan dengan metanol ekses akan menghasilkan metil salisilat.                      
Aspirin yang terjadi dapat bereaksi dengan NaHCO3­ membentuk garam natrium yang larut dalam air, sedangkan hasil samping berupa polimer tidak larut dalam bikarbonat.
Kita bisa menggunakan besi (III) klorida untuk menguji kemurnian aspirin. Besi (III) klorida bereaksi dengan gugus fenol membentuk kompleks ungu. Asam salisilat (murni) akan berubah menjadi ungu jika FeCl3 ditambahkan, karena asam salisilat adalah fenol. Jika tidak ada gugus fenol warna larutan tak berubah (kuning).

Alat dan Bahan                    
·  Spatula
·  Pipet tetes
·  Termometer
·  Batang pengaduk
·  Erlenmeyer 125 ml
·  Beaker glass 100 ml
·  Asam salisilat
·  Asam asetat
·  Asam sulfat pekat
.  Etanol
.  cawan kristalisasi
.  gelas ukur
. corong
.  penanggas air
.  kertas saring

Prosedur Kerja                    
1. Masukkan 5 gram asam salisilat dan 5 ml asam asetat ke dalam labu bulat, kemudian tambahkan 3 tetes H2SO4 pekat. Labu digoyang-goyangkan agar terjadi pencampuran yang baik.
2. Panaskan diatas penangas air pada suhu 50-60oC selama 15 menit disertai pengadukan.
3. Campuran dibiarkan dingin, kemudian ditambahkan 37,5 ml aquades.
4. Campuran disaring, kristal yang terbentuk direkristalisasi dengan etanol panas.
5. Tuangkan larutan ke dalam 15 ml aquades hangat.
6. Setelah terbentuk kristal berupa jarum-jarum halus, larutan disaring.
7. Timbang kristal yang telah kering dan tentukan titik lelehnya. Titik leleh aspirin murni 136-137oC

Data dan Pengamatan 
Berat kertas saring kosong : 0,44 gram
Berat kertas saring + aspirin : 10,51 gram
Berat aspirin : 10,07 gram       

Pembahasan                         
     Pada pembuatan aspirin ini, mula-mula dicampurkan 5 g asam salisilat dengan 5 ml asam asetat sehingga reaksi yang terjadi adalah esterifikasi. Ester dapat terbentuk salah satunya dengan cara mereaksikan alkohol dengan anhidrida asam. Dalam hal ini asam salisilat berperan sebagai alkohol karena mempunyai gugus –OH, sedangkan anhidrida asam asetat tentu saja sebagai anhidrida asam. Ester yang terbentuk adalah asam asetil salisilat (aspirin). Gugus asetil (CH3CO-) berasal dari anhidrida asam asetat, sedangkan gugus R-nya berasal dari asam salisilat. Hasil samping reaksi ini adalah asam asetat.
       Penambahan asam sulfat pekat berfungsi sebagai zat penghidrasi. Telah disebutkan di atas bahwa hasil samping dari reaksi asam salisilat dan anhidrida asam asetat adalah asam asetat. Hasil samping ini akan terhidrasi membentuk anhidrida asam asetat. Anhidrida asam asetat akan kembali bereaksi dengan asam salisilat membentuk aspirin dan tentu saja dengan hasil samping berupa asam asetat. Jadi, dapat dikatakan reaksi akan berhenti setelah asam salisilat habis karena adanya asam sulfat pekat.
Tetapi harus diperhatikan bahwa sebelum dipanaskan, reaksi tidak benar-benar terjadi. Reaksi baru akan berlangsung dengan baik pada suhu 50-60°C. Juga pada percobaan ini baru terbentuk endapan putih (aspirin) setelah dipanaskan. Kemudian endapan tersebut dilarutkan dalam air dan disaring untuk memisahkan aspirin dari pengotornya. Berdasarkan hasil percobaan, dihasilkan aspirin sebesar 10,07 gram. Tetapi tentu saja dengan penyaringan ini aspirin yang dihasilkan belum benar-benar murni.

Kesimpulan                            :
1. Aspirin dapat dibuat dengan mereaksikan asam salisilat dengan anhidrida asam asetat dengan H2SO4 sebagai katalis.
2.  Prinsip pembuatan aspirin adalah reaksi esterifikasi.
3.  Aspirin yang dihasilkan sebesar 10,04 gram.

Daftar Pustaka
http://mutiasariamanda.blogspot.com/2013/04/laporan-kimia-organik-aspirin.html
http://fitrikaniawati16.blogspot.com/2012/05/laporan-kimia-organik-ii.html
Fessenden & Fessenden. 1986. Kimia Organik Edisi 3 Jilid 1. Jakarta : Erlangga.

Jumat, 27 Desember 2013

Laporan praktikum percobaan 6



IDENTIFIKASI ALDEHID DAN KETON
(PERCOBAAN VI)

I.      Tujuan Praktikum
·       Mengetahui sifat-sifat kimia aldehid dan keton
·       Membedakan aldehid dan keton

II.    Dasar Teori
Aldehid dan keton merupakan senyawa yang mempunyai gugus karbonil. Aldehid mempunyai sedikitnya satu hidrogen yang terikat pada karbon karbonil, sedangkan keton tidak mempunyai hidrogen yang terikat pada karbonil,hanya karbon yang mengandung  gugus R(R adalah alkil atau aromatik).

Dalam percobaan ini,dipelajari sifat-sifat kimia dari aldehid dan keton dengan menggunakan beberapa tes/uji,yaitu:
1.      Oksidasi dengan KMnO4(Oksidator kuat)
Aldehid dapat dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan oksidator kuat seperti KMnO4. Tes positif jika ion MnO4- (warna ungu)b berubah menjadi endapan MnO2 (warna coklat).
5 R-CHO+2 KMnO4+ H2SO4==>  5 R-COOH+MnO2+MnSO4+H2O
                     Ungu                                                         Coklat
2.      Tes Tollens
Aldehid dengan pereaksi tollens (oksidator lemah) dioksidasi menjadi asam karboksilat,yang ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak.
R-CHO+2 Ag(NH3)2OH ==> 2 Ag+R-COONH4+ +3NH3+H2O
                                               Cermin perak
3.      Tes Benedict
Aldehid alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi Benedict(kompleks ion Cu(II) sitrat dalam larutan basa). Ion Cu(II) direduksi menjadi Cu2O(endapan merah bata). Aldehid  aromatik dan keton tidak bereaksi dengan pereaksi benedict.
R-CHO+2 Cu2+ + 5 OH- ==>  R-COO- + Cu2O+3H2O
                Biru                                      Merah Bata
4.      Tes Fehling
Pereaksi Fehling merupakan kompleks ion Cu(II) tartrat dalam larutan asam. Ion Cu(II) direduksi menjadi Cu2O(endapan berwarna merah bata).
R-CHO+Cu2+  ==>R-COO- + Cu2O
                        H+                     Merah bata
5.      Tes Iodoform
Metil keton menghasilkan endapan kuning iodoform jika direaksikan dengan iodine dalam larutan NaOH.
6.      Tes 2,4-dinitrofenilhidrazin(2,4-DNPH)
Semua senyawa aldehid dan keton menghsilkan endapan dengan pereaksi 2,4-dinitrofenilhidrazin. Reaksi ini umum digunakan untuk mengetahui adanya gugus aldehid dan keton. Warna endapan terbentuk bervariasi mulai dari kuning hingga merah. Alkohol tidak memberikan hasil positif dengan tes ini.

III.                Alat dan Bahan
a.       Alat yang digunakan antara lain
-          Tabung reaksi
-          Pipet tetes
-          Batang pengaduk
-          Pemanas listrik
-          Kaca arloji
-          Gelas piala
-          Gelas ukur
-          Termometer
b.      Bahan-bahan yang digunakan antara lain
-          Formaldehid
-          Aseton
-          NaOH
-          Pereaksi benedict
-          Larutan iodine
-          Benzaldehida
-          KMnO4
-          Pereaksi Tollens
-          Pereaksi Felling
IV.               Prosedur Kerja
 1.      Oksidasi dengan KMnO4
                 Tabung reaksi 1                      
                 Tabung reaksi 2
                 Tabung reaksi 3
                 (masing-masing dimasukkan 1 ml KMnO4 1%)
                                                                       
                                   

          +Formal dehid       +Aseton          +Benzal dehid
                           (masing-masing 1 tetes) 

2.      ½ ml tollens A+1/2 ml tollens B
Tabung reaksi 1
Tabung reaksi 3
Tabung reaksi 2
 
  ( masing-masing tabung  +larutan amonium 2% tetes demi tetes)
                                                         
           +Formaldehid    +aseton      +benzaldehid
                         (masing-masing 1 tetes)
                                                                                            
        Dipanaskan pada suhu 60° C selama 5 menit

3.      Tes Benedict
Formal dehid
Benzal dehid
Glukosa
Aseton
(masing-masing 10 tetes)
+2 ml benedict
-Dikocok
 -Dipanaskan selama 10 menit
-Didinginkan

4.      1.3 ml Fehling A+1.3 ml Fehling B
Formal dehid
Benzal dehid
Glukosa
Aseton
(masing-masing 3 tetes)
  - Diaduk
- Dipanaskan dalam air mendidih tidak lebih dari 10 menit 

5.      Tes Iodoform



(masing-masing diisi 4 ml)
-Didinginkan dalam penanggas  ( 10 menit)
-+40 tetes iodin
Aseton
Benzal dehid
Formaldehid
-(masing-masing 20 tetes)

V.                 Hasil Pengamatan
1.      Oksidasi dengan KMnO4 1%
No
Sampel
sebelum+KMnO4 1%
Hasil setelah +KMnO4 1%
1
Formaldehid
Tak berwarna
Coklat kehitaman
2
Aseton
Tak berwarna
Tetap
3
Benzaldehid
Tak berwarna
Coklat keruh

2.      ½ ml tollens A+ ½ ml tollens B
Ditambah larutan amonium 2%
No
Sampel
Sebelum dipanaskan
Setelah dipanaskan
1
Formaldehid
Tak berwarna
Terdapat endapan(putih keruh)
2
Aseton
Tak berwarna
Terdapat endapan(bening)
3
Benzaldehid
Tak berwarna
Terdapat endapan(putih keruh)

3.      Tes Beneddict
No
Sampel
Sebelum ditambah benedict
Setelah ditambah benedict
1
Formaldehid
Tak berwarna
Larutan berwarna  biru
2
Aseton
Tak berwarna
Larutan berwarna biru
3
Benzaldehid
Tak berwarna
Terbentuk 2fase(atas putih,bawah biru)
4
Glukosa
Agak kecoklatan
Larutan berwarna biru kehijauan


4.      Uji fehling a dan b
No
Sampel
Hasil(setelah pemanasan)
1
Formaldehid
(larutan berwarna biru tua)
2
Aseton
(larutan berwarna biru tua)
3
Benzaldehid
(larutanberwarna biru tua)
4
Glukosa
(endapan merah bata)

5.      Tes Iodoform
No
Sampel
Hasil
1
Formaldehid
Larutan berwarna kuning muda
2
Aseton
Larutan tak berwarna
3
Benzaldehid
Terbentuk gumpalan


VI.               Pembahasan
               Hal yang membedakan Aldehid dengan keton yaitu kemampuan kedua senyawa ini apabila dioksidasi.  Alhedid dan keton adalah senyawa-senyawa yang mengandung gugus-gugus penting di dalam kimia oragnik. Secara struktural, aldehid dan keton dibedakan oleh substituen pada R’, begitu pula dengan ester dan asam karboksilat
Sifat-sifat aldehid dan keton hampir mirip satu sama lain. Namun, karena perbedaan gugus yang terikat pada gugus karbonil antara aldehid dan keton maka menimbulkan adanya perbedaan sifat kimia yang paling menonjol antara keduanya, yaitu aldehid cukup mudah teroksidasi sedangkan keton sulit dan aldehid lebih reaktif dari pada keton terhadap adisi nukleofilik, yang mana reaksi ini merupakan karakteristik terhadap gugus karbonil.
Pada percobaan ini, dilakukan untuk mengidentifaksi senyawa berdasarkan perbedaan gugus fungsi dan mengidentifikasi secara kimia senyawa golongan aldehid dan keton pada uji oksidasi dengan KMnO4,tollens, , benedict, fehling dan iodoform. Untuk dapat membandingkan senyawa golongan aldehid dan keton digunakan bahan yang sama yaitu, formalin, glukosa, aseton dan benzaldehid. Pereaksi  fehling merupakan pencampuran larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling A adalah larutan CuSO4.5H2O dalam aquades dengan H2SO4 encer.  sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereaksi benedict merupakan larutan yang mengandung natrium sitrat anhidrat. Jika direaksikan dengan aldehid dan dipanaskan akan dihasilkan Cu2O. Pereaksi tollens terdiri dari dua,yaitu tollens A merupakan larutan AgNO3 dan tollens B merupakan larutan NaOH.  Untuk larutan Iodine terdiri dari I2 dan KI.
             Percobaan pertama adalah oksidasi dengan KMnO4. Pada uji oksidasi dengan KMnO4,tes positif jika ion MnO4-(warna ungu) berubah menjadi endapan MnO2(warna coklat). Sampel yang digunakan adalahformaldehid,aseton dan benzaldehid. Dari praktikum yang dilakukan, Formaldehid dengan KMnO4  hasilnya fositif karena dihasilkan warna coklat kehitaman. Pada percobaan aseton dengan KMnO4 hasilnya negatif karena warna tidak berubah menjadi coklat  Sedangkan untuk benzaldehid dengan KMnO4 hasilnya positif,warna menjadi coklat agak keruh.
                  Percobaan kedua yaitu tes tollens,dimana aldehid dengan pereaksi tollens dioksidasi menjadi asam karboksilat ditandai dengan terbentuknya endapan cermin perak. Sampel yang digunakan yaitu formaldehid,aseton dan benzaldehid. Pada uji formaldehid dengan larutan amonia dapat bereaksi dengan tollens ditandai dengan terbebtuknya endapan putih keruh.  Pada aseton tidak bereaksi dengan tollens,karena dari pengujian yang dilakukan tidak terbentuk endapan putih keruh. Namun larutan tetap bening. Hal tersebut menunjukkan bahwa aseton termasuk ke dalam keton. Sedangkan pada benzaldehid dapat beraksi dengan tollens karena menghasilkan endapan putih keruh.  
          Percobaan ke tiga yaitu tes benedict,dimana aldehid alifatik dioksidasi menjadi asam karboksilat dengan pereaksi benedict,dimana Cu 2+ berwarna biru direduksi menjadi Cu2O endapan berwarna merah bata. Sampel yang digunakan formaldehid,aseton,benzaldehid dan glukosa. Keempat sampel tersebut tidak bereaksi dengan benedict. Karena tidak menghasilkan endapan merah bata,namun tetap menjadi larutan berwarna biru.
         Percobaan ke empat yaitu tes fehling. Pada uji fehling digunakan larutan fehling A dan fehling B. Dimana fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan fehling B merupakan campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu2+ terdapat sebagai ion kompleks  dan sesudah pemanasan berubah menghasilkan endapan merah, hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa didalam pencampuran larutan tersebut terdapat senyawa aldehid. Sampel yang dugunakan adalah formaldehid,aseton,benzaldehid dan glukosa. Dari hasil yang didapat,formaldehid,aseton dan benzaldehid tidak bereaksi dengan fehling karena setelah dipanaskan ketiganya tidak menghasilkan endapan merah bata namun larutan tetap biru. Sedangkan pada glukosa dapat bereaksi dengan fehling,karena setelah pemanasan menghasilkan endapan merah bata.
      Percobaan ke lima yaitu tes iodoform. Dimana metilketon menghasilkan endapan kuning iodoform jika direaksikan dengan iodine dalam larutan NaOH. Sampel yang digunakan yaitu formaldehid,aseton dan benzaldehid.  Pada formaldehid yang direaksikan dengan iodine dan NaOH tidak menghasilkan endapan kuning tapi larutan berwarna kuning muda. Pada aseton direaksikan dengan iodine dan NaOH larutan menjadi bening. Sedangkan pada benzaldehid diraksikan dengan NaOH dan iodine tebentuk gumpalan.  Secara teoritis reaksi benzaldehid tersebut menghasilkan endapan kuning.

VII.               KESIMPULAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1.      Perbedaan senyawa aldehid dan keton di tinjau dari segi gugus fungsinya adalah aldehid memiliki sekurang-kurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada atom karbonilnya.  Sedangkan keton memiliki dua gugus alkil yang terikat pada karbonilnya.
2.      Senyawa yang mengandung gugus keton adalah aseton dan senyawa yang mengandung gugus aldehid adalah formaldehid dan benzaldehid.
3.      Glukosa dapat bereaksi dengan fehling A dan B yang ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata.

VIII.            DAFTAR PUSTAKA
      Fessenden, Ralp J dan Fessenden, Joan S., 1986, Kimia Organik Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Sulaiman, A.H., 1995, Kimia Anorganik, USU Press: Medan
http://kimrani.blogspot.com/2012/11/identifikasi-aldehid-dan-keton.htmla